“Hendak kemanakah engkau hai fakir?” Tanya seorang pemuda gagah
yang kebetulan lewat disitu
“Aku hendak mendaki gunung, tapi sayang baru separuh
perjalanan aku sudah tidak sanggup, tubuhku lemah, kakiku gemetar, perutku
lapar, jadi aku memutuskan untuk turun dan kembali pulang.” Jawab si fakir
sedih.
“hahaha…” tawa si pemuda, “jangan bermimpi kau akan dapat
mendaki gunung itu hanya dengan membawa sebatang tongkat yang keadaannya juga
tidak lebih baik dari dirimu, dengan tubuhku yang masih gagah dan tegap saja
aku tak berani mencoba naik ke sana .
Berani sekali kau mendakinya, beruntung kamu tidak mati di atas sana ” ejek si pemuda.
“iya, karena itu aku kembali” lalu si fakir bertanya “apa
kamu tidak ingin naik ke sana ?”
“ya jelas mau, cuma aku tau diri, tidak mungkin aku dapat mendaki
sampai ke ujung sana .”
“boleh aku pinjam pena dan kertasmu? aku ingin menuliskan
sesuatu yang mungkin akan sangat berharga buatmu” pinta si fakir dengan wajah serius.
Si pemuda memberikan kertas dan penanya kepada si fakir,
lalu kemudian si fakir menuliskan sesuatu di atas kertas itu dan memberikannya
ke pada si pemuda.
“apa ini?” Tanya pemuda, “bacalah dan engkau akan mengerti”
jawab si fakir.
Pemuda itu membacanya, lalu mimik wajahnya berubah serius,
heran bercampur tak percaya. Sambil terbata-bata si pemuda berkata
“ba..bb..bagaimana kau bisa menuliskan ini semua? Bagaimana kau bisa menjelaskan
secara mendetail tentang cara-cara agar berhasil mendaki gunung itu, serta keadaan di dalam sana , juga segala macam rintangan
yang ada di dalamnya dan juga cara untuk menghadapinya? Sedangkan kau sendiri belum berhasil
mendakinya?"
“Anak muda, apa engkau lupa, bahwa aku baru saja turun dari sana . Aku bisa memberi
semua petunjuk itu karena aku pernah berada di sana ,
sedangkan kamu, badanmu cukup kekar, kamu punya semua yang dibutuhkan tapi kamu
belum pernah berada di sana
untuk menyaksikan sendiri bagaimana situasi dan keadaan yang sebenarnya.
Sedangkan aku, aku belum pernah mempelajarinya, namun aku telah pergi ke sana
dan aku mengalami sendiri bagaimana sulitnya untuk sampai ke puncak, jalannya
sangat terjal seharusnya aku membawa tongkat yang lebih kokoh untuk dapat
menyangga tubuhku, perjalanan sangatlah jauh seharusnya aku membawa lebih
banyak bekal agar tidak kelaparan, udaranya pun sangat dingin seharusnya aku
membawa jaket yang lebih tebal, di sana banyak binatang buas seharusnya aku
membawa senjata agar dapat menghadapi
binatang-binatang itu. Karena itu aku kembali, aku tidak mau mati konyol di
atas sana, tapi walaupun begitu aku tidak mau pulang dengan tangan hampa, aku
membawakanmu catatan ini untuk membantumu agar kau bisa mendakinya hingga sampai
ke puncak, dan itu sudah cukup membuatku sangat-sangat bahagia.
Mendengar penjelasan si fakir, pemuda itu lalu meneteskan
air mata dan berkata “terimakasih wahai fakir, aku tidak menyangka ternyata
seorang fakir dapat memberikan sesuatu yang sangat berharga untukku, sejak dulu
aku sangat ingin dapat sampai ke puncak itu namun sedikitpun aku tak punya
keberanian untuk dapat mewujudkannya, aku berjanji apa yang yang sudah engkau
tuliskan di atas kertas ini tidak akan sia-sia, aku akan mewujudkan impianku dan
impianmu”
--------------------------------------------
Salam Sayang dan Cinta dari Hati
- yuli -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar