11 Sep 2011

Kisah Tentang Si Fakir dan Goresan Penanya


Seorang fakir berjalan terseok menuruni bukit dengan hanya membawa sebuah tongkat.

“Hendak kemanakah engkau hai fakir?” Tanya seorang pemuda gagah yang kebetulan lewat disitu
“Aku hendak mendaki gunung, tapi sayang baru separuh perjalanan aku sudah tidak sanggup, tubuhku lemah, kakiku gemetar, perutku lapar, jadi aku memutuskan untuk turun dan kembali pulang.” Jawab si fakir sedih.

“hahaha…” tawa si pemuda, “jangan bermimpi kau akan dapat mendaki gunung itu hanya dengan membawa sebatang tongkat yang keadaannya juga tidak lebih baik dari dirimu, dengan tubuhku yang masih gagah dan tegap saja aku tak berani mencoba naik ke sana. Berani sekali kau mendakinya, beruntung kamu tidak mati di atas sana” ejek si pemuda.

“iya, karena itu aku kembali” lalu si fakir bertanya “apa kamu tidak ingin naik ke sana?”

“ya jelas mau, cuma aku tau diri, tidak mungkin aku dapat mendaki sampai ke ujung sana.”

“boleh aku pinjam pena dan kertasmu? aku ingin menuliskan sesuatu yang mungkin akan sangat berharga  buatmu” pinta si fakir dengan wajah serius.

Si pemuda memberikan kertas dan penanya kepada si fakir, lalu kemudian si fakir menuliskan sesuatu di atas kertas itu dan memberikannya ke pada si pemuda.

“apa ini?” Tanya pemuda, “bacalah dan engkau akan mengerti” jawab si fakir.

Pemuda itu membacanya, lalu mimik wajahnya berubah serius, heran bercampur tak percaya. Sambil terbata-bata si pemuda berkata “ba..bb..bagaimana kau bisa menuliskan ini semua? Bagaimana kau bisa menjelaskan secara mendetail tentang cara-cara agar berhasil mendaki gunung itu, serta keadaan di dalam sana, juga segala macam rintangan yang ada di dalamnya dan juga cara untuk menghadapinya? Sedangkan kau sendiri belum berhasil mendakinya?"

“Anak muda, apa engkau lupa, bahwa aku baru saja turun dari sana. Aku bisa memberi semua petunjuk itu karena aku pernah berada di sana, sedangkan kamu, badanmu cukup kekar, kamu punya semua yang dibutuhkan tapi kamu belum pernah berada di sana untuk menyaksikan sendiri bagaimana situasi dan keadaan yang sebenarnya. Sedangkan aku, aku belum pernah mempelajarinya, namun aku telah pergi ke sana dan aku mengalami sendiri bagaimana sulitnya untuk sampai ke puncak, jalannya sangat terjal seharusnya aku membawa tongkat yang lebih kokoh untuk dapat menyangga tubuhku, perjalanan sangatlah jauh seharusnya aku membawa lebih banyak bekal agar tidak kelaparan, udaranya pun sangat dingin seharusnya aku membawa jaket yang lebih tebal, di sana banyak binatang buas seharusnya aku membawa senjata agar dapat  menghadapi binatang-binatang itu. Karena itu aku kembali, aku tidak mau mati konyol di atas sana, tapi walaupun begitu aku tidak mau pulang dengan tangan hampa, aku membawakanmu catatan ini untuk membantumu agar kau bisa mendakinya hingga sampai ke puncak, dan itu sudah cukup membuatku sangat-sangat bahagia.

Mendengar penjelasan si fakir, pemuda itu lalu meneteskan air mata dan berkata “terimakasih wahai fakir, aku tidak menyangka ternyata seorang fakir dapat memberikan sesuatu yang sangat berharga untukku, sejak dulu aku sangat ingin dapat sampai ke puncak itu namun sedikitpun aku tak punya keberanian untuk dapat mewujudkannya, aku berjanji apa yang yang sudah engkau tuliskan di atas kertas ini tidak akan sia-sia, aku akan mewujudkan impianku dan impianmu”

--------------------------------------------
Salam Sayang dan Cinta dari Hati

- yuli -

Tidak ada komentar: